Powered By Blogger

Senin, 20 Desember 2010

Patlabor AV-2 Ingram 98

My ingram beside Blade liger Zoid...

Nice Pic...

















Puas banget buat Patlabor...
meski sulit, tapi memuaskan dan tidak mengecewakan hasilnya.....

Minggu, 19 Desember 2010

Malu (aku) menjadi orang Indonesia


Sebuah Karya Indah Taufiq Ismail

Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia

Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi berterang-terang curang susah dicari tandingan,
Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,
Di negeriku komisi pembelian alat-alat besar, alat-alat ringan, senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan peuyeum dipotong birokrasi lebih separuh masuk kantung jas safari,
Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal, anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden, menteri, jenderal, sekjen, dan dirjen sejati, agar orangtua mereka bersenang hati,
Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum sangat¬sangat-sangat-sangat-sangat jelas penipuan besar¬besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,
Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan sandiwara yang opininya bersilang tak habis dan tak putus dilarang-larang
Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata supaya berdiri pusat belanja modal raksasa,
Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah, ciumlah harum aroma mereka punya jenazah, sekarang saja sementara mereka kalah, kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat,
Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli, kabarnya dengan sepotong SK suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi,
Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan, lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,
Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja, fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,
Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat jadi pertunjukan teror penonton antarkota cuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita tak pernah bersedia menerima skor pertandingan yang disetujui bersama,
Di negeriku rupanya sudah diputuskan kita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan antarbangsa, lagi pula Piala Dunia itu cuma urusan negara-negara kecil karena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta, sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,
Di negeriku ada pembunuhan, penculikan dan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh, Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng, Nipah, Santa Cruz, Irian dan Banyuwangi, ada pula pembantahan tarang-terangan yang merupakan dusta terang-terangan di bawah cahaya surya terang-terangan, dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai saksi terang-terangan,
Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada, tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi.

Kamis, 16 Desember 2010

FATWA A.M FATWA YANG TAK AKAN PERNAH MENJADI REALITA

TEMPO Interaktif, Kuala Lumpur - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) AM Fatwa meminta agar pengiriman Tenaga Kerja Wanita (TKW) ke Arab dan Malaysia tidak dilanjutkan.

Dia menilai, tak pernah tuntasnya kasus penganiayaan dan pelecehan TKW di negara-negara tersebut telah mencoreng harga diri Indonesia. “Cukup sudah negara kita dipermalukan, hentikan saja pengiriman TKW ke negara Arab dan Malaysia,” ujar Fatwa saat ditemui Tempo di sela-sela kunjungan kerjanya ke Malaysia, Rabu (15/12).

Mantan politisi PAN ini menyatakan bahwa harga diri bangsa seharusnya lebih didahulukan daripada devisa negara.

Mengenai program Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi TKI yang diluncurkan Presiden di Surabaya hari ini, menurut Fatwa, hanya upaya tambal sulam. “Permasalahan TKI jauh lebih besar dari kredit,” Fatwa “Tapi hal itu juga lumayan, daripada tidak membuat program apa pun,” ujarnya.

Sebenarnya, menurut AM Fatwa, permasalahan TKI akan lebih cepat terselesaikan jika dilakukan dengan diplomasi tingkat tinggi. “Permasalahan TKI kita di Saudi yang disiksa dan sebagian harus berteduh di bawah kolong jembatan, tidak akan terselesaikan hanya dengan kunjungan menteri,” ujarnya seraya mencontohkan bagaimana mantan presiden Filipina, Gloria Macapagal Arroyo menyelesaikan permasalahan pekerjanya langsung. “Dulu Presiden Abdurrahman Wahid sudah melakukan hal ini. Sayang tidak ditindaklanjuti,” Fatwa menambahkan.

Fatwa bersama empat anggota DPD lainnya melakukan kunjungan ke Malaysia untuk mendapatkan masukan tentang Otorita Jasa Keuangan dan desentralisasi fiskal. Dalam kunjungan sehari ini, para anggota DPD mengadakan dialog dengan penasihat ekonomi pemerintah Malaysia, Lau Bau Tin dan dosen pascasarjana fakultas ekonomi University Islam Antarabangsa (UIA) Akhyar Adnan.

My comment :
Apa yang dikatakan AM Fatwa adalah sebuah kebenaran yang sangat benderang. Namun mohon dicatat, Republik ini dijalankan dalam kesamaran nan remang-remang. Birokrat dan politikus tak satupun suka dengan hal yang terang benderang dan sarat akan kebenaran.
Maka apatisme saya yang telah mengkristal akan berakhir pada kesimpulan, A.M Fatwa yang "Fatwa"nya mulia ini, tidak akan pernah menjadi sebuah kenyataan selama birokrasi kita dipenuhi setan dan pemimpin-pemimpin kita adalah iblis jahanam