Powered By Blogger

Senin, 08 November 2010

Pemimpin yang Menambah Luka

Irwan Prayitno, Gubernur Sumatera Barat

Editorial Media Indonesia / Sabtu, 6 November 2010 02:32 WIB

PARA pemimpin bangsa ini seperti sudah kehilangan empati. Mereka seolah tak lagi punya nurani.

Bayangkan, ketika rakyat tergeletak tak berdaya tertimpa berbagai bencana, banyak pemimpin negeri ini justru bepergian ke luar negeri.

Kita saksikan sejumlah anggota DPR studi banding ke luar negeri. Lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kembali berangkat menghadiri pertemuan puncak ASEAN di Vietnam, setelah hanya menyempatkan diri kembali ke Tanah Air menengok korban bencana Mentawai.

Yang paling mutakhir adalah keberangkatan Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno ke Jerman ketika tanggap darurat bencana gempa dan tsunami Mentawai masih berlangsung.

Irwan beralasan kunjungannya sudah direncanakan jauh-jauh hari sebelum gempa dan tsunami menerpa Mentawai. Irwan seperti pura-pura tidak tahu bahwa Mentawai termasuk Sumatra Barat.

Pertanyaannya, tak bisakah Irwan mengurungkan rencananya demi rakyat Mentawai? Lalu, di manakah sensitivitas seorang gubernur pada penderitaan rakyatnya? Padahal, Irwan pernah menjadi wakil rakyat di DPR dari Partai Keadilan Sejahtera, kedudukan yang mestinya membuatnya tahu benar arti penderitaan rakyat.

Irwan harus belajar kepada Presiden Barack Obama yang pada Juni 2010 membatalkan kunjungannya ke sejumlah negara, termasuk Indonesia, demi menyelesaikan bencana lingkungan di Pantai Louisiana akibat tumpahan minyak di Teluk Meksiko.

Irwan juga berargumentasi dirinya sudah menyerahkan penanganan bencana kepada Wakil Gubernur Muslim Kasim. Kita kembali bertanya, mengapa tidak dibalik saja, wakil gubernur yang berangkat ke Jerman, sedangkan Irwan tetap berada di tengah-tengah rakyat, memimpin penanggulangan bencana Mentawai? Bukankah pemimpin semestinya senantiasa hadir di tengah-tengah rakyat, apalagi ketika rakyat tengah berduka?

Irwan harus belajar dari Presiden Cile Sebastian Pinera yang memimpin langsung penyelamatan para penambang yang tertimpa bencana, terperangkap di lokasi penambangan. Pinera berada di tengah proses penyelamatan para penambang sejak awal hingga selesai.

Irwan memang sempat tiga hari berada di lokasi bencana. Akan tetapi, itu tidak cukup. Sebab, tanggap darurat bencana Mentawai masih berlangsung dan rakyatnya masih berkabung.

Kepergian Irwan ke Jerman di tengah tanggap darurat yang sedang berjalan jelas menunjukkan bahwa Pak Gubernur hanya separuh hati menangani bencana Mentawai.

Kepergian Irwan juga menyisakan kontroversi. Kontroversi itu adalah apakah keberangkatannya ke Jerman sudah seizin Presiden atau tanpa izin?

Soal izin Presiden sesungguhnya hanyalah soal formal, soal prosedural belaka. Duduk persoalan keberangkatan Gubernur Irwan ke luar negeri lebih merupakan persoalan etika, persoalan tanggung jawab moral seorang pemimpin, yang kekuatannya terletak pada hati nurani. Akan tetapi, nurani itulah yang telah hilang.

Gempa dan tsunami melukai fisik warga Mentawai. Kini, kepergian gubernur ke luar negeri melukai hati. Dan, luka hati sulit dibalut, sulit diobati.

My comment: Irwan Prayitno beralasan kepergiannya ke Jerman karena tidak ingin menyia-nyiakan potensi investasi jerman di sumatera barat. Alasan yang masuk akal bagi orang yang hilang akal. Pemimpin adalah orang yang berada di sisi rakyatnya saat mereka menderita, titik dan tidak pakai koma. Omong kosong mensejahterahkan Sumbar di masa datang bila Gubernur tidak dapat menenangkan warganya di masa sekarang. So, saya menganggap keputusan irwan untuk tetap nekat kunjungan ke Jerman adalah sebuah keputusan yang sangat salah, Very big mistake Irwan!! Apapun alasan di harus tetap konsentrasi kasus Mentawai. Saya rasa Jerman bisa mengerti penundaan keberangkatan, mereka juga punya hati meski mereka pernah di bawah rezim Hitler. Sekali lagi hal ini membuat saya kehilangan simpati pada PKS, partai yang pernah saya taruh hati di dalamnya karena berisi (yang saya pikir) orang-orang bersih. Sekarang PKS tidak berbeda dengan partai-partai busuk lainnya yang sudah ada, telikung sana sini, jilat sana sini, semua demi kepentingan pelanggengan kekuasaaan. Based on islamic value?,oh.............bullshit!!! Inget Misbachun dengan kasus century? ini saya ingatkan sekali lagi betapa kader PKS telah luntur ideologinya :
Misbachun


PKS Belum Akan Gusur Misbakhun dari DPR Indra Subagja - detikNews
Jakarta - Status tersangka telah ditetapkan Polri pada Misbakhun terkait L/C fiktif Century. Namun demikian, PKS masih akan tetap mempertahankan Misbakhun dari DPR. PKS menunggu hingga ada kekuatan hukum tetap. "Sebelum ada kekuatan hukum tetap, Misbakhun tetap sebagai anggota Fraksi PKS. Cuma kami meminta dia agar cooling down agar semuanya berjalan kondusif," terang anggota FPKS Nasir Djamil saat dihubungi detikcom, Minggu (11/4/2010). PKS juga akan menyiapkan pendamping berupa tim hukum untuk melakukan pembelaan kepada Misbakhun. "PKS akan selalu memantau perkembangan hukum Misbakhun," tambah Nasir. Dia juga mengimbau agar pihak kepolisian dalam penetapan status tersangka itu, jangan dibalut dengan kepentingan politik. "Sebab ini akan membahayakan institusi penegak hukum sepertu polisi. Pemeriksaannya juga harus seizin presiden. Kami akan selalu menghormati keputusan hukum terhadap Misbakhun selama hal itu bukan bagian dari konspirasi untuk membungkam para inisiator hak angket century," tutupnya. (ndr/Rez) Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar